Kamis, 08 Maret 2018

Pembuatan biogas dari kotoran hewan




 Biogas Dari Kotoran Hewan






Pengertian

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama yaitu kotoran ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda.
Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Saat ini, banyak negara maju meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan biologi mekanis pada tempat pengolahan limbah



Prinsip Pembuatan Biogas

Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55oC, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal.
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknyaÿ biogas yang diinginkan. Lahanÿ yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:
  1.  Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester
  2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
  3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
  4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
  5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.



Jenis-jenis Reaktor atau Digester

1.     Batch Feeding



Batch feeding merupakan jenis digester yang bahan bakunya dimasukkan ke dalamnya sampai penuh, kemudian ditunggu hingga terjadi proses fermentasi dan menghasilkan biogas. Setelah tidak ada lagi biogas yang dihasilkan atau biogas yang dihasilkan sedikit, semua bahan isian di keluarkan dari digester untuk kemudian diganti dengan bahan bahan isian yang baru.

2.    Continuous Feeding

Continuous feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organiknya dilakukan setiap hari dalam jumlah tertentu, setelah biogas mulai berproduksi. Pada pengisian awal digester diisi penuh, lalu di tungggu sampai biogas berproduksi. Setelah biogas berproduksi, pengisian bahan organik dilakukan secara terus-menerus setiap hari dengan jumlah tertentu. Digester jenis continuous feeding mempunyai dua jenis, yaitu jenis kubah terapung (floating dome) dan jenis tetap (fixed dome)



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan 

Biogas

1.     Temperatur atau Suhu

Suhu pencernaan sangat berpengaruh terhadap keaktifan dan pertumbuhan bakteri metan, kebanyakan bakteri pembentuk metan aktif pada dua rentang waktu, yaitu rentang mesofilik antara 30-35 derajat celcius (suhu ruang) dan rentang termofilik antara 50-60 derajat celcius.

Pada temperature 40-50 derajat celcius aktifitas bakteri pembentuk metan terhalangi, dan di sekitar suhu 42 derajat celcius kinerja digester akan terputus-putus dikarenakan transisi bakteri pembentuk metan dari organisme mesofilik menjadi organisme termofilik.

Meskipun bakteri pembentuk metan aktif dan tumbuh pada beberapa rentang temperatur kebanyakan dari bakteri tersebut merupakan mesofilik dan beberapa merupakan termofilik dan psikrofilik yang terbatas pada unit yang memerlukan perlakuan tertentu seperti septic tank dimana proses pencernaan tidak panas dan membutuhkan waktu yang lama.

2.    Tingkat Keasamaan (pH)

Tingkat keasaman bahan isian sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan mikroorganisme di dalamnya. Tingkat keasaman yang sesuai dengan kehidupan mikroorganisme adalah seitar 6,8%-7,8%. Pada tahap awal fermentasi akan terbentuk asam organik yang akan menurunkan nilai keasaman hingga mencapai 4%-5%. Hal yang bisa dilakukan untuk menghasilkan pH yang sesuai adalah dengan menambahkan kabur atau larutan kapur.

3.    Rasio Carbon Nitrogen (C/N)

Perimbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang terkandung dalam bahan organik sangat menentukan kehidupan dan aktivitas mikroorganisme. Perbandingan C/N yang sesuai bagi mikroorganisme perombak, adalah berkisar anatara 25%-30%. Kotoran (feses dan urine) sapi mempunyai kandungan C/N sebesar 18%, maka perlu ditambah dengan limbah pertanian lain yang mempunyai kandungan C/N 30% lebih tinggi dibaningkan kotoran sapi.

4.    Bahan Baku Isian

Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah pertanian, sisa dapur, dan sampah organik. Bahan baku yang umum digunakan biasanya, adalah kotoran sapi perah. Bahan baku isian harus terhindar dari bahan anorganik seperti pasir, batu, plastik, atau pecahan kaca.

Karena hal itu dapat menghambat proses fermentasi bahan-bahan organik. Bahan isian ini harus mengandung bahan kering setidaknya sebanyak 7%-9%. Pecampuran seluruh bahan isian dapat dilakukan dengan cara mengencerkannya menggunakan air yang perbandingannya 1:1.
5.    Pengadukan

Setelah bahan isian dicampur maka perlu dilakukan proses pengadukan agar campuran menjadi homogen. Pengadukan akan meningkatkan proses pencernaan dengan menyebarkan bakteri, substrat, dan nutrisi ke seluruh bagian digester serta menyamakan suhu.

Kegiatan metabolisme bakteri pembentuk asetat dan metan memerlukan kontak spasial yang dekat. Pengadukan yang lembut dapat memastikan kontak tersebut. Pengadukan diperlukan agar hidrolisis limbah dan produksi asam organik dan alkohol oleh bakteri pembentuk asetat dapat berjalan baik

6.    Hidraulic Retention Time (HRT)

HRT atau waktu retensi sangat dipengaruhi oleh suhu. Hubungan antara suhu dan waktu retensi dapat dilihat pada gambar di atas. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu maka waktu retensi akan semakin sedikit, sebaliknya apabila suhu rendah waktu retensi akan lebih lama.

Oleh karena itu temperatur harus dijaga agar tetap stabil. Untuk negara tropis seperti Indonesia tidak diperlukan perlakuan khusus karena suhu ruang normal di Indonesia relatif stabil untuk produksi biogas dan waktu retensinya berkisar antara 10-30 hari.


   Manfaat Biogas

Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh proses fermentasi dari bahan-bahan organik, termasuk kotoran manusia dan hewan, limbah rumah tangga, dan sampah-sampah organik secara anaerobik. Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar dan juga dapat menghasilkan listrik. Ada beberapa alasan mengapa biogas merupakan bahan bakar alternatif terbaik, di antaranya biogas memproduksi bahan bakar ramah lingkungan, biogas memiliki kandungan energi dalam jumlah yang besar, dan limbah biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

Biogas menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan. Biogas terbuat dari bahan-bahan alami, seperti kotoran manusia dan hewan, serta limbah-limbah organik lain. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Biogas juga tidak menghasilkan limbah yang bisa mencemari lingkungan. Gas metana dalam biogas bisa terbakar sempurna. Sebaliknya, gas metana dalam bahan bakar fosil tidak bisa terbakar sempurna dan akan membahayakan lingkungan. Seperti kita ketahui, metana termasuk dalam gas-gas rumah kaca yang bisa menyebabkan pemanasan global (global warming). Sehingga penggunaan biogas bisa mencegah resiko terjadinya global warming.

Biogas memiliki kandungan energi tinggi yang tidak kalah dari kandungan energi dalam bahan bakar fosil. Nilai kalori dari 1 m3 biogas sekitar 6000 watt jam, setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas sangat cocok menggantikan minyak tanah, LPG, butana, batu bara, dan bahan bakar fosil lainnya. Biogas mengandung 75% metana. Semakin tinggi kandungan metana dalam bahan bakar, semakin besar kalor yang dihasilkan. Oleh karena itu, biogas juga memiliki karakteristik yang sama dengan gas alam. Sehingga jika biogas diolah dengan benar, biogas bisa digunakan untuk menggantikan gas alam. Dengan demikian jumlah gas alam bisa dihemat.

Limbah biogas dapat digunakan sebagai pupuk. Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsure-unsur yang sangat dibutuhkan tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, dan lignin tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia. Dengan demikian kita juga bisa mengurangi anggaran untuk membeli pupuk.















REFERENSI :



Jumat, 02 Maret 2018

Makanan Tradisional "GEMBLONG"


GEMBLONG



Makanan gemblong merupakan jenis penganan tradisional indonesia yang disebut gemblong.ini sebenarnya bukan kuliner khas sunda / kota bogor jawa barat yang disebut bogor permai (boper). Makanan ini mungkin berasal dari jawa tengah mengingat kemanisannya (orang-orang dari jawa tengah dikenal menyukai rasa manis pada makanan mereka). Namun belum bisa dipastikan, karena ada banyak pendapat tentang asal mula penganan ini tapi setidaknya di bogor, makanan ringan ini kembali ke tahun 1978-1979.


Gemblong adalah sejenis makanan tradisional atau kue tradisional Indonesia yang termasuk ke dalam kelompok jajanan pasar. Gemblong terbuat dari adonan tepung beras ketan putih yang diuleni hingga kalis dan dibentuk bulat seperti bola.Kemudian adonan gemblong yang sudah dibentuk bulat digoreng dan setelah dingin dilapisi dengan larutan gula aren. Kue ini sangat populer di kalangan orang sunda, jawa, dan betawi (jakarta sekarang).di wilayah jawa timur dan jawa tengah, gemblong dikenal sebagai “getas”. Meski rasanya sangat mirip, getas ini terbuat dari tepung beras hitam dengan lapisan gula putih, sedangkan gemblong terbuat dari tepung ketan putih dengan lapisan gula aren.

Kue tradisional seperti gemblong biasanya terbuat dari bahan-bahan segar. Gemblong sendiri cukup disukai oleh banyak orang karena rasanya enak, bahannya mudah ditemukan, begitu pula proses pembuatannya. Anda bisa menemukan gemblong di pasar tradisional manapun.


Cara membuat


Bahan bahan
  • 200 gram tepung ketan putih
  • 100 gram kelapa muda parut kasar
  • 1/2 sendok teh garam
  • 750 ml minyak untuk menggoreng
Bahan Pelapis
  • 100 gram gula pasir
  • 100 gram gula merah sisir
  • 150 ml air
Cara membuat
  1. Campur tepung ketan putih, kelapa parut kasar, dan  garam. Aduk rata. Tuang air sedikit-sedikit sambil diuleni sampai kalis.
  2. Ambil sedikit ketan. Bentuk bulat pipih.
  3. Goreng dalam minyak yang sudah dipanaskan di atas api sedang sampai kekuningan. Angkat. Sisihkan.
  4. Pelapis, panaskan gula pasir, gula merah, dan air sambil diaduk sampai berbusa dan kental.
  5. Masukkan gemblong. Aduk rata. Matikan api. Aduk terus sampai kering.
ASAL MULA
Masyarakat Sunda, Jawa, dan Betawi sejak lama sudah akrab dengan jenis panganan ini. Namun tidak diketahui secara jelas dari daerah mana kue gemblong ini berasal. Penamaan kue gemblong sendiri masih belum diketahui dari mana asal mulanya Beberapa berpendapat bahwa nama gemblong diambil karena bentuknya yang bulat dan lonjong. Kue Gemblong bisa ditemukan dipasar-pasar tradisional dan dijajakan oleh penjual kue tradisional.

KANDUNGAN GIZI
Gemblong mengandung energi sebesar 115 kilokalori, protein 1,7 gram, karbohidrat 21,1 gram, lemak 2,6 gram, kalsium 0,06 miligram, fosfor 0 miligram, dan zat besi 0,2 miligram. Selain itu di dalam Gemblong juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 40 gram Gemblong, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %








Ingin liat detail pembuatannya klik link ini saja https://youtu.be/lKiuEd1g_xI












Referensi